Sunday, April 27, 2008
John Lennon dan Gereja
Seluruh dunia mengenal John Lennon. Tidak hanya sebagai dedengkot the Beatles, namun juga sebagai tokoh kharismatik yang sangat giat menyuarakan perdamaian. Sampai hari ini, lagunya, "Imagine" sering dikumandangkan sebagai salah satu lagu yang menyerukan perdamaian.

Lahir dengan nama John Winston Lennon - setelah menikah dengan Yoko Ono, ia mengganti nama tengahnya menjadi Ono, Lennon mengawali karier musiknya dengan membentuk grup the Quarrymen. Paul McCartney - yang akhirnya menjadi rival Lennon - dan George Harrison segera bergabung dengan grup ini. Setelah beberapa kali mengubah nama, grup ini akhirnya menggunakan nama the Beatles.

Sejak 1962, the Beatles mulai dikenal lewat single-single mereka. "Love Me Do", "Please Please Me", "From Me To You", dan masih banyak lagi lagu yang memikat begitu banyak orang di seluruh dunia - bahkan di berbagai zaman, hingga saat ini. Dan Beatlemania pun segera lahir.

Meskipun peran humas dalam grup ini lebih banyak diambil oleh Paul McCartney, bukan berarti Lennon tidak pernah angkat bicara. Sebagai seorang pemimpin grup, komentar-komentarnya sering mengandung makna yang cukup dalam. Hal ini terlihat saat konser mereka dihadiri oleh keluarga kerajaan. Saat hendak menyanyikan lagu terakhir, Lennon mengajak setiap orang yang duduk di barisan belakang, tempat yang paling murah, untuk bertepuk tangan; sisanya cukup membunyikan perhiasan mereka saja.

Komentar lainnya yang sangat kontroversial muncul pada tahun 1966. Saat diwawancarai oleh salah satu stasiun televisi, ia mengomentari Perang Vietnam yang sedang berlangsung. Ia mengkritik tindakan Amerika Serikat yang seolah-olah tidak mau tahu dengan apa yang sedang terjadi di Vietnam.

We Are More Popular than Jesus
Komentar yang menghebohkan adalah saat ia mengemukakan pandangannya terhadap kekristenan. Ia berkata, "Christianity will go on. It will banished and shrink. We are more popular than Jesus Christ."

Setelah pernyataan demikian, konser the Beatles diboikot oleh banyak pihak. Seluruh rekaman mereka dimusnahkan. John Lennon pun dianggap sebagai seorang pemuja setan.

Namun, apakah yang mendasari perkataan Lennon ini? Mari kita lihat suatu "kebenaran" di balik pernyataan tersebut.

Adalah fakta bahwa setiap konser, the Beatles berhasil menarik perhatian begitu banyak orang. Bahkan saat itu mereka pernah memecahkan rekor penonton terbanyak. Bandingkan pula dengan ibadah di gereja-gereja. Bila dibandingkan antara ruang dengan audiens, jumlahnya saat itu tidak sebanding. Berdasarkan hal ini pulalah Lennon berani berkomentar bahwa mereka lebih populer dari Yesus.

Pernyataan Lennon ini sesungguhnya merupakan suatu kritik terhadap kekristenan yang suam-suam kuku. Sebagai pusat kekristenan, Eropa justru semakin melemah dalam hal ibadah. Budaya sekuler yang begitu kuat telah menggeser budaya kekristenan yang sempat begitu kental mewarnai dunia.

Pentingnya Musuh
Presiden China, Hu Jin Tao, beberapa waktu yang lalu berkata bahwa keberadaan musuh menjadi sesuatu yang penting. Kiranya pernyataan ini cukup wajar mengingat musuh merupakan pihak yang mengetahui titik lemah kita sehingga mereka pasti akan menyerang titik lemah tersebut.

Demikianlah pernyataan Lennon, dapat dikatakan sebagai suatu teguran keras bagi kekristenan, tidak hanya pada masanya, namun juga pada masa ini. Bukankah lebih banyak yang tertarik dengan budaya sekuler daripada memegang kekristenan dengan teguh?
Kiranya tulisan ini mengajak kita untuk lebih merenungkan kehidupan kita: benarkah Yesus menjadi figur yang paling kita cari, ataukah ada sosok lain yang lebih kita idolakan? by: Indonesia-saram

Labels:

 
posted by Anas Fatkhurrozi at 12:38 PM | Permalink |


0 Comments: