Saturday, July 19, 2008
39 Anak Elang
setengah dua malam
udara sedikit dingin
menikmati senggama bersama Cleopatra dan secangkir kopi manis
iba, bingung, takut terhuyung-huyung datang
api membakar ubun-ubun
panas!
panas!
panas!

kenapa kerakusan selalu dibiarkan menang?
kenapa hukum dan aturan hanya diciptakan untuk kewibawaan?
kenapa orang-orang alit dan awam mesti diam menjadi objek pelampiasan?

ku lihat 39 anak elang datang
belajar untuk bisa terbang
namun diam-diam ada beberapa pemburu
membius mereka hingga jatuh pingsan
dan bulu-bulu sayap mereka dicabuti satu-satu
sakit!
sakit!
sakit!

maka hukumlah mereka yang mesti dihukum
karena hukuman diperuntukkan bagi yang melanggar
bukan karena prestise, kewibawaan dan kemaluan

setiap melangkah haruslah dipikir dengan otak dan hati yang jernih
bukan asal datang dan asal bilang "kalian dipulangkan!"
dan lihat mata mereka nanar, tanpa pengharapan, masa depan bisa hilang

apakah ini kesepakatan di bulan kesedihan?
apakah ini kesepakatan dari kumpulan orang pintar?
apalah artinya kesepakatan jika dipaksakan?
apalah artinya orang pintar jika bersikap tidak benar?

sajadah panjang aku gelar
Isya' kudirikan
dan aku wiridkan istighfar buat mereka yang bawa payung
"wahai pembawa payung!
apa yang kau lakukan jika anak-anakmu basah kuyup kehujanan?"
kau hapal dalam-dalam sabda Nabi "ilmu wajib dicari"
tapi kau t'lah halang-halangi 39 anakmu dengan peluru -aturan-aturan- yang menyakitkan
maka jadikan saja sabda suci itu tisu toilet yang bau

dan kau yang ngaku mahasiswa
apakah kalian hanya duduk diam
dan menikmati onanimu di hammam?
kita harus bergerak dan bertindak
sudah saatnya gerakan-gerakan revolusi dilancarkan
supaya hukum dan aturan layak digunakan

11 Juli 2008
 
posted by Anas Fatkhurrozi at 7:13 PM | Permalink |


0 Comments: